Jumat, 20 Agustus 2010

:) n :( - 28 Maret '10


Kawan,, ada kisah bahagia,, dan aku lah yang sedang merasakannya,, saat ini,, di sini,, sendiri… sepertinya aku memang harus menyediakan berjuta-juta rasa syukur [bahkan lebih… lebih…],, atau memang aku yang terlalu bandel untuk merasakan kesedihan? Bukan karena aku tak pernah merasakan kesedihan, tapi… Ahhh, tenang saja… sangat kuyakini bahwa semua berjalan dengan rotasi dan formasi yang luar biasa dahsyaaaat, hmmm… karena sang pengatur hidup adalah arsitek yang SUPER mahir, yang bahkan tahu “kekuatan dan porsi” masing2 umatnya…

Kemampuan mengolah kebahagiaan dan kesedihan itu seperti mengolah mie instant [hahaha, efek terlalu banyak mengkonsumsi mie instant kie,, pikiran jadi ikut mbuleett, :D]— sebelum bergulat dengan bumbu utama, minyak sayur, dan bubuk cabenya,, perlu ditambahkan bumbu penyedap berupa kewajaran,, apabila pengolahan tidak dilakukan dengan sewajarnya, terlalu ingin cepat matang dan terburu-buru, lalu mengolahnya dengan api yang relatif besar, maka hasil olahan pun akan menjadi terlalu lembek hingga hampir menjadi bubur mie [kawann, ini sebenarnya pengalaman mengolah mie instant di kost tadi pagi,, hahaha],, hmmm… ketika mendapatkan kebahagiaan dan kesedihan sikapi dengan sewajarnya saja, tidak perlu lebayy [terkontaminasi bahasa mahasiswa, peace, :D], ataupun berharap kebahagiaan itu lebih lama menaungi atau kesedihan itu segera enyah dari diri, sudahlaaah,, serahkan pada AHLInya saja untuk mengaturnya… sepertinya tidak perlu didramatisir… menikmati… ya dinikmati saja… kalau berasa ingin berjingkrak2 (*tanda baca Mishbakh akhirnya muncul juga, :DD), tertawa ngakakkkk, senyumm puass, dan sujud syukur saking bahagianya atau ingin berguling2, menjerit2, mengakrabi tisu dengan air matamu saking sesaknya menahan sedih maka LAKUKANLAH… tapi setelah itu, segeralah masuk lagi ke lingkaran k.e.w.a.j.a.r.a.n... tak berstandar… subjektif kawaaan… TeNtUkAn dan JaLaNkAn…

Dan aku bahagia ketika ‘melihat’ mereka dan sedih karena harus ‘melihat’ mereka… hak melampiaskan kebahagiaan dan kesedihan sudah kudapatkan… aku dengan sangat bebas tersenyum-senyum, tertawa se-ngakakk2nya, bernyanyi2 sambil jejingkrakan [mantan vokalis band GaGaL,tapi tenang kawann… kali ini bukan band dangdutan, hohoho], bercerita dengan teman2 sambil cengigisan, berbicara sendirian di kamar, atau menonton infotaiment kelas kacangan sambil berkhayal jika menjadi artis karbitan,, Alhamdulillah… karena aku bahagia… bahagia…

Pun aku sangat bebas memukul2 guling dan bantal, termehek-mehek seakan aku ini orang termiskin di dunia (awass, mulai mengarah ke lagu dangdut, :D), judes pada orang2 yang kutemui, sensitif terhadap masalah2 yang tidak penting, mencak2 tidak karuan, dan berteriak2 garang layaknya binaan RSJ yang paling teladan [hahh? hehe],, karena aku sedih… sedih…,, tapi jangan khawatir,, masih dalam batas kewajaran… dan aku menikmati keduanya… sangat menikmati keduanya…

Dan kini aku ingin ‘mereka’ merasakan kebahagiaan dan kesedihan sesuai “jatahnya”… aku tak mengingat pun tak melupakan… aku tak menyukai pun tak membenci… aku tidak sedang diam… aku sedang bersiap menyambut kebahagiaan2 dan kesedihan2 berikutnya… aku sedang menata bagian paling rawan dari serangan-serangan dadakan dan efek-efek yang menjemukan, sehingga berakibat fatal… tapi aku masih sadar, bahwa hidup tak sebatas kebahagiaan dan kesedihan… ini hanya sebuah potret dari berbagai potret kehidupan… selama sang arsitek masih memberi kesempatan… bukankah sudah selayaknya kita maksimalkan… toh, kita tidak tahu sampai halaman berapa sang arsitek membuat sketsa-sketsa tajam… besok adalah halaman terakhir? Hmmm… MUNGKIN… sangat mungkin… -- waspadalah… waspadalah... [weitsss,,,bang napiiiii, love u… hahaha],,

Kamar – 004^
Wisma Bhakti ** Trangkil sejahtera, selamat, sentosa, :DD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KULIAH PAKAR ADOBSI